TUJUAN HIDUP MANUSIA
MAKALAH
Diajukan untuk memenuhi tugas
Mata Kuliah Filsafat
Oleh
MUKHLIS
531202845
FAKULTAS ADAB ILMU PERPUSTAKAAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
AR-RANIRY BANDA ACEH
2013
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur
kepada Allah SWT. Semoga kita semua selalu mendapat rahmat-Nya. Salawat dan
salam kita persembahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta
segenap keluarga dan sahabat-sahabat belaiau. Kami bersyukur atas petunjuk dan
hidayah Allah SWT pada akhirnya berhasil juga menyusun makalah yang berjudul “TUJUAN
HIDUP MANUSIA” makalah ini merupakan salah satu tugas mata kuliah
Filsafat umum.
Makalah ini dapat dijadikan sebagai bahan bacaan tentang tujuan
hidup manusia. Sepanjang pengamatan penulis yang pendek ini, makalah yang
khusus menguraikan tujuan hidup seseorang . Makalah ini ditulis untuk memenuhi
tugas mata kuliah Filsafat umum.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen kami yang telah
membimbing dan semua pihak yang telah ikut berpartisipasi untuk selesainya
makalah ini, semoga Allah SWT membalasnya dengan pahala yang belipat ganda.
Kami menyadari bahwa keseluruhan uraian di dalam makalah ini masih jauh dari
sempurna, karena itu kami akan terus memperbaikinya. Saran dan kritik yang
bersifat perbaikan dan penyempurnaan akan diterima dengan segala senang hati.
Akhirnya kepada Allah SWT kita berserah diri semoga apa yang kita
lakukan ini ada manfaatnya.
Banda Aceh, 25
Juni 2013
Penyusun
Daftar Isi
Kata Pengantar.............................................................................................................. ...... i
Daftar isi......................................................................................................................... ...... ii
BAB
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang................................................................................................ 1
1.2. Rumusan Masalah..................................................................................... ...... 2
1.3. Tujuan Penulisan....................................................................................... ...... 2
1.4.
Manfaat............................................................................................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1.
Perjalanan Manusia Selama Hidup dan Tugas-Tugasnya......................... 3
2.2.
Manusia dan
Tujuan Hidupnya ...... 5
2.3.
Langkah Agar Kita Mencapai Hidup Yang Maksimal............................... 7
BAB
III PENUTUP
3.1. Kesimpulan............................................................................................... ...... 10
3.1 . Saran............................................................................................................... 11
Daftar
Pusaka....................................................................................................................... 12
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Ada sebuah
ungkapan yang menyatakan; “Orang bodoh hidup untuk makan, namun orang
bijak makan untuk hidup.” Lantas apakah tujuan hidup orang bijak, apakah
hanya untuk bertahan hidup. Padahal kehidupan bukanlah akhir dan tidak
dapat mengakhiri dirinya sendiri, lantas apa tujuan hidup ini. Para ahli
fikir merumuskan masalah ini dengan 3 pertanyaan dasar; Darimana, kemana, dan
mengapa. Artinya, saya darimana, akan kemana, lantas mengapa saya ada
disini.
Banyak orang
tidak pernah berhenti mempertimbangkan apakah arti hidup itu, mereka memandang
ke belakang dan tidak mengerti mengapa relasi mereka berantakan dan mengapa
mereka merasa begitu kosong walaupun mereka telah berhasil mencapai apa yang
mereka cita-citakan.
Jika sekarang
diibaratkan kita sedang berjalan di tengah hutan belantara yang gelap gulita,
maka tujuan hidup kita bagai lentera yang sinarnya berkilau dari kejauhan.
Dengan susah payah kita akan menuju lentera itu karena hanya itu yang kita
lihat. Kita tidak peduli dengan apa yang menghadang di depan kita. Ada kalanya
kaki kita tertusuk duri atau tersandung batu, namun kita terus melangkah. Ada
kalanya kita terperosok ke dalam jurang, namun kita akan naik lagi dan terus
melangkah. Ada kalanya tiba-tiba tembok yang tinggi menjulang berdiri kokoh di
hadapan, namun kita akan tetap memanjat dan melewatinya. Setelah melihat sinar
lentera itu, kita terus menuju ke arahnya.
Dengan
perjuangan yang panjang, akhirnya kita dapat mencapai lentera itu. Setelah
lentera ada di tangan, kita pun melihat cahaya lentera lain yang kilau
cahayanya lebih besar. Dengan diterangi lentera tadi, kita melanjutnya
perjalanan menuju ke arahnya, begitu seterusnya sampai akhirnya menuju ke
sumber dari segala sumber cahaya, mencapai pencerahan jiwa dan mengetahui
hakikat hidup yang sesungguhnya untuk kemudian menggapainya.
Tanpa cahaya
lentera, kita tak bisa melihat apa-apa, yang ada hanya kegelapan. Tanpa cahaya
lentera, kita tak akan tahu harus melangkah ke mana. Tanpa cahaya lentera, kita
akhirnya akan berjalan dalam kehampaan dan hanya menunggu waktu tubuh ini lapuk
dimakan usia sebelum akhirnya mati menyatu dengan tanah.
Dalam
kehidupan ini Tuhan pencipta alam adalah lentera itu, Tuhan yang menerangi jiwa
setiap manusia. Tanpa tuntunan Tuhan manusia tidak bisa berbuat apa-apa, dan
untuk menemukan Tuhan dalam kehidupan kita maka manusia perlu memahami arti
kehidupan mereka berada di dunia ini.
1.2 Rumusan
Masalah
Dalam
kehidupan di dunia ini yang nampak kebanyakan hanyalah urusan kepuasan duniawi,
semua yang disuguhkan oleh manusia selalu terkesan mengejar kepuasan dan
kenikmatan nafsu dunia belaka. Hanya sebagian kecil dan bisa dikatan jarang
terlihat manusia sekarang ini yang sungguh-sungguh ingin memaknai hidup ini.
Dalam tulisan ini penulis akan
memaparkan beberapa kajian tentang arti dan tujuan kehidupan di dunia ini.
Semoga tulisa ini bisa menjadi renungan bagi pembaca untuk lebih memaknai
kehidupan ini dan lebih bijak dalam menentukan setiap tindakan untuk melangkah
kedepan.
1.3 Tujuan
1. Memahami dan
mengkaji arti kehidupan.
2. Manyadarkan
kita pentingnya kita memahami arti kehidupan.
3. Mendekatkan
kita pada Pencipta
4. Menumbuhkan
rasa tanggungjawab kita pada alam sebagia kesatuan dari hidup kita
1.4 Manfaat
Dalam makalah
ini dipaparkan tentang arti
kehidupan, setelah kita membaca dan memahami isi dari makalah ini serta
berusaha untuk memaknainya dalam hidup ini semoga kita sebagai manusia itu
sendiri akan lebih bijak dalam menjalani kehidupan ini.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Perjalanan Manusia Selama
Hidup dan Tugas-Tugasnya
a.
Kesadaran Sejati
Sebagaimana
yang telah kita ketahui, kita bukanlah sekadar otak dengan tubuh fisik ini.
Kita terdiri dari tubuh, jiwa dan roh. Roh kita berasal dari Tuhan, yang biasa disebut
sebagai percikan atau dzat tuhan. Roh kitalah yang akan kembali kepada tuhan.
Otak sebagai bagian dari tubuh fisik, bagian dari daging dan darah akan kembali
ke asalnya, yaitu debu dan tanah. Jadi , dari sini dapat kita lihat bahwa diri
sejati kita adalah roh kita.
Sebagai
percikan yang berasal dari Tuhan, inti roh, yaitu hati nurani ( baca buku pertama
dari seri: Ilmu Tertinggi, Yaitu Hati Nurani)
Selalu
mengetahui kebenaran sejati, jauh melebihi apa yang dapat diketahui oleh otak
manusia. Tidak saja cakupan pengetahuannya jauh lebih dalam segala hal
dibandingkan dengan otak, tetapi hati nurani juga selalu mengetahui apa yang
diinginkan Tuhan atas diri kita. Karena itu, apabila kita mau melihat diri kita
dengan lebih baik kita harus melihat diri kita dari sudut kesadaran sejati kita
dengan hati nurani.[1]
b.
Perjalanan Manusia
Memang
kita dibatasi oleh kelima indera kita yang berfungsi hanya dalam dunia fisik
ini. Tetapi kita harus menyadari bahwa tubuh fisik dengan kelima inderanya
hanyalah bagian kecil dari diri kita secara keseluruhan yang juga terdiri atas
jiwa dan roh. Sebenarnya, Tubuh fisik kita hanyalah bagian yang terkecil, yang
paling terbatas dari diri kita secara keseluruhan. Jadi, dunia fisik yang
sangat luas ini hanyalah bagian kecil dari ke alam semesta. Kehidupan kita di
bumi ini hanyalah sebagian kecil dari seluruh perjalanan yang harus kita
jalani.
Setelah mengetahui berbagai hal di
luar keberadaan fisik ini, sebagai diri sejati saya telah melihat perjalanan
lengkap yang seharusnya di tempuh oleh setiap orang, yang berkaitan dengan
alasan utama dari keberadaan kita di dunia ini, atau dapat juga kita sebut
dengan kodrat manusia. Banyak manusia terperangkap oleh hal-hal yang fana ini dan
menyia-nyiakan hidupnya hingga akhirnya terlambat, yaitu saat yang bersangkutan
meninggal dunia. Walaupun kehidupan di bumi telah berakhir, semua yang
dilakukannya di bumi masih harus dia pertanggung jawabkan.
Dalam kesempatan ini, saya ingin
membagi sekilas dari apa yang telah saya saksikan dan sadari sehubungan dengan:
·
Perjalanan
kehidupan manusia di bumi dan setelah kematian.
·
Masalah
yang banyak terjadi pada banyak orang setelah meninggal.
·
Cara
yang terbaik untuk mencapai tujuan hidup.
Dengan mengetahui informasi ini dan merenungkannya, mudah-mudahan
kita semuanya dapat lebih sadar akan tujuan utama dari keberadaan atau
kelahiran kita di bumi ini, yaitu untuk lebih dekat kepada tuhan. Dengan
kesadaran ini, niscaya kehidupan kita dapat diubah untuk hal-hal yang lebih
baik yang akan memberikan kita berkat, cahaya dan kasih tuhan, tidak saja
selama kita masih hidup di bumi, tetapi juga telah meninggal.[2]
c.
Perjalanan Hidup Manusia
Untuk
menyadari betapa hidup ini hanyalah sesuatu yang sangat sementara, cobalah
renungkan fakta sederhana ini: Sebelum anda lahir, anda belum ada di dunia.
Anda mulai ada sejak kelahiran anda. Sebagai seorang bayi, anda ditimang dan
dipeluk oleh orang tua anda hanya tinggal suatu kenangan. Saat-saat anda
bermain riang bergembira dengan saudara-saudara dan teman-teman anda ketika
waktu kecil juga tinggal kenangan.
d.
Tugas Dalam Hidup
Sejak
kecil kita sudah harus bersekolah untuk memperlajari berbagai pengetahuan. Kita
berlajar selama bertahun-tahun. Apabila kita anggap saja bahwa kebanyakan dari
kita minimal sudah menamatkan pendidikannya hingga tingkat sekolah menengah
Tingkat atas, kita telah berlajar selama 13 tahun.
e.
Kembali Kepada Tuhan Seutuhnya
Dalam
kehidupan sehari-hari “ Kembali kepada
Tuhan” Biasanya diasosiasikan dengan meninggal. Seseorang dikatakan telah
“kembali kepada Tuhan “ apabila yang bersangkutan telah meninggal. Tetapi,
istilah saya “kembali kepada Tuhan seutuhnya” tidak ada kaitannya dengan
meninggal. Yang saya maksud dengan istilah itu adalah tercapainya tujuan akhir
dari perjalanan diri sejati. Berbagai kebudayaan dan agama menyebutnya dengan
istilah yang berbeda-beda, misalnya surga, kembali kepada Tuhan, masuk kedalam
kerajaan tuhan, menyatu dengan sang pencipta, dan sebagainya.
Apabila seseorang telah dapat
memenuhi seluruh tugasnya seutuh-utuhnya dan mencapai tujuan hidup yang
sebenar-benarnya, diri sejati orang tersebut telah kembali kepada tuhan
seutuhnya pada zaman dulu yang biasanya terjadi adalah bahwa orang tersebut
lebur/lenyap, dan biasa disebut dengan istilah moksha. Hal ini dapat terjadi,
karena yang bersangkutan telah dapat membuka hati dan diri seutuhnya kepada
Tuhan sehingga seluruh dirinya larut dalam cahaya dan kasih tuhan.
Menurut pengamatan siri sejati saya,
pada zaman yang sangat khusus ini, kesempatan untuk kembali kepada Tuhan
seutuhnya terbuka jauh lebih mudah daripada pada zaman-zaman sebelumnya. Pada
zaman yang khusus ini, seseorang yang telah mempunyai hak untuk kembali kepada
Tuhan seutuhnya tidak langsung lenyap. Yang bersangkutan masih harus membantu
sesama untuk kembali kepada Tuhan sampai masa yang sangat-sangat khusus ini
lewat.
2.2 Manusia dan
Tujuan Hidupnya
Manusia tidak lebih dari suatu bagian alam bendawi yang mengelilinnginya,
oleh karena itu segala sesuatu yang terjadi pada diri manusia pun dapat di
terangkan seperti cara-cara yang terjadi pada kejadiab-kejadian alamiah yaitu
secara mekanis. manusia itu hidup selama darahnya beredar dan jantungnya
bekerja yang di sebabkan pengaruh mekanis dari hawa atmosfir.
Dengan demikian manusia yang hidup tiada lain adalah manusia yang anggota
tubuhnya bergerak. Dalam Islam, manusia itu walaupun secara fisik
(mekanis) telah mati.
setiap manusia memiliki penhetahuan karena setiap manusia pernah mengalami
sesuatu, dan setiap pengalamannya dapat dijadikan landasan pemikiran dan
bertindak. Dengan demikian, pada umumnya, manusia memiliki
pengetahuan. Akan tetapi, karena setiap manusia memiliki pengalaman yang
berbeda-beda, tentu dalam menyelesaikan masalahnya, bersumber kepada pengalaman
yang beragam, sehingga pengetahuan pun semakin banyak.
Selain itu, manusia juga mempunyai cita-cita dan tujuan hidup. Hal
itu di sebabkan, akal manusia melahirkan kebudayaan, mengubah benda –benda alam
menjadi benda-benda budaya sesuai dengan kehendak dan kebutuhan hidupnya.
karena akal manusia menjadi bermoral dan menciptakan norma0norma hidup masyarakat.
Manusia merupakan mahluk yang derajatnya paling tinggi.Karena manusia
memiliki potensi akal budi, manusia menjadi mahluk bijaksana yang menjadi
tujuan-tujuan (homo sapiens), mahluk yang pandai bekerja menggunakan alat, dan
mahluk yang menyukai proses tanpa tujuan. karena manusia mempunyai akal
budi, maka manusia menjadi homo politikus yang akan mencari kebebasan dan cara
merobos batas batasnya. Selain itu juga manusia juga homo religius yang
akan percaya kepada penentuan, percaya pada takdir, dan sebutan-sebutan lain
yang diberikan kepada manusia. Dengan kata lain, melalui akal budi
(aspek rohani), manusia melahirkan peradapan adat dan istiadat, sopan santun
dalam pergaulan , norma sosila dan cara hidup bersama, ser ta dapat menghayati
adanya Tuhan Yang Maha Esa. kesemuanya itu, selalu berhubungan dengan
kehidupan dan cita-cita serta tujuan hidup manusia.
Kehidupan manusia selau berubah, sangat bergantung pada pengharapan,
cita-cita hidup,dan atau pengalaman kebahagiaan atau kesengsaraannyadalam
bermasyarakat. setiap manusia merupakan pendukung pengalaman hidup dan
berkalompok sosialnya. pendidikan memberikan makna arti yang luas dalam
perubahan hidup manusia secara individu dan sosial, sejak manusia prinitif
sampai menjadi manusia moderen. Awalnya, tujuan hidup manusia hanya
sekedar untuk mengisi perut, melindungi diri dan keluarga dari serangan
binatang buas,
marabahaya
dan sebagainya. dan inilah arti pendidikan dalam linngkup sempit.
Atas dasar bentuk pengertian pendidikan inilah, makan pendidikan dimolai
sejak manusia itu ada. Maka jelas lah, bahwa perkembangan kehidupan
manusia dalam masyarakat melalui 3 tahap perkembangan. yaitu:
1. from
savagery
2. Through
berbarism
3.
to civilization
Dalam
tingkatan berperadapan inilah, manusia mengenal peralatan, molai dari
menenetahui manpaat api atau membakar dan seterusnya. Artinya, kebutuhan
manusia semakin meningkat , tujuan hidupnya semakin jelas, yakni untuk
mencapai kepuasan, kemakmuran, dan kebahagiaan hidup, baik dari diri sendiri
maupun untuk keluarga dan masyarakat di sekitarnya , lahiriah maupun
rohaniahnya.
Kini,
manusia sudah hidup di jaman cybernetica atau abad ilmu pengetahuan dan
teknologi. Tujuan hidup manusia juga semakin berkembang, tidak lagi hanya
urusan perut, namun pada penguasaan teknologi untuk mencaru kepuasan.
2.3 Langkah Agar Kita Mencapai Hidup Yang Maksimal
Beberapa orang selalu menginginkan agar kehidupan yang akan datang
lebih baik daripada kehidupan yang dijalaninya sekarang, baik itu kesuksesan
dalam bekerja, mengapai karir, hubungan rumah tangga yang harmonis, serta
jalinan social terhadap masyarakat luas dan sekitarnya. Tetapi itu semua
seringkali terhalang oleh berbagai macam masalah yang kita hadapi setiap
harinya dan yang lebih buruk lagi masalah itu datang dari diri kita sendiri,
yang tentunya membuat semua itu jadi lebih sulit untuk diselesaikan. Oleh
karena itu hidup secara maksimal akan membuat kita lebih bisa mendapatkan apa
yang kita mau di masa kedepannya. Mulai sekarang janganlah berpikir secara
sempit, hindari pola pikir yang sempit serta mulai sekarang berpikirlah dengan
paradigma yang tentunya tidak pernah Anda ketahui sebelumnya ataupun baru Anda
terima agar membuat hidup kita lebih maksimal.
Mari kita simak 7 langkah untuk kita yang ingin
mendapatkan hidup yang maksimal antara lain sebagai berikut:
1.
Memperluas
Wawasan dan pengetahuan kita. Disini yang dimaksudkan adalah pandangan hidup
ataupun filosofi kehidupan yang sedang kita miliki perlu sekali kita tingkatkan
agar kita mempunyai banyak sekali pandangan tentang kehidupan kita ini agar
membuat semuanya lebih terlihat jelas. Dengan ini Anda akan memiliki pandangan
jauh kedepan tentang bagaimana Anda akan menjalani hidup dimasa yang akan
datang.
2.
Mengembangkan
personality. Dalam ini Anda harus mempunyai pengetahuan tentang diri sendiri
yang mana bisa diwujudkan dengan mengkoreksi apa yang ada dalam diri Anda
tujuannya adalah bagaimana Anda dapat menilai kemampuan serta apa yang
dirasakan tentang diri Anda tersebut. Itu akan meningkatkan kepercayaan diri
dalam tindakan.
3.
Carilah
kekuatan didalam pikiran dan ucapan Anda. Musuh terbesar Anda adalah pikiran.
Pikiran tahu apa yang Anda rasakan, maka dari itu dengan mengendalikan pikiran
akan berhasil memanipulasi seluruh aktifitas serta tindakan dalam kehidupan
Anda. Pikiran tersebut mempunyai peranan yang sangat vital karena dapat
menentukan sikap serta perilaku kita.
4.
Buanglah
jauh pikiran tentang masa lalu, lepaskan masa lalu itu didalam pikiran Anda.
Banyak orang yang sulit sekali melepas pikiran tentang masa lalu, tentunya itu
akan menjadi sebuah penghambat yang sangat sulit. Dan jika Anda ingin menang
dalam masalah ini , Anda sebaiknya tidak selalu memakai trauma yang terjadi
masa lalu untuk menghilangkan pikiran-pikiran yang konyol yang bisa
memperngaruhi Anda agar melakukan hal yang buruk.
5.
Berikan
sentuhan positif terhadap hal terburuk yang ada dalam diri Anda. Mungkin Anda
bisa biasakan untuk berkata “ Saya bisa saja gagal, namun dalam kegagalan itu
saya mencoba untuk bangkit dan terus memperbaikinya” Dengan begitu hal terburuk
Anda ketika malas untuk bangkit setelah mengalami kegagalan akan sedikit demi
sedikit hilang karena adanya sentuhan pola piker positif tersebut.
6.
Memberikan
apa yang sudah kita dapatkan dengan sukacita. Mungkin banyak orang yang sukar
melakukan itu namun alangkah lebih baiknya kita memberikan sesuatu dengan
sukacita karena hal itu membuat hidup kita lebih optimal dan yang pasti godaan
akan mementingkan diri sendiri pun bisa kita hindari dengan mudah.
7.
Jadikanlah
kebahagian yang ingin Anda raih menjadi kenyataan. Jika dengan mewujudkan
kenyataan tersebut membuat hidup Anda menjadi lebih optimal mengapa tidak
bukan? Jadi mulailah temukan kebahagiaan tersebut.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
manusia dapat dilihat dari berbagai segi. Secara bahasa manusia
berasal dari kata “manu” (Sansekerta), “mens” (Latin), yang
berarti berpikir, berakalbudi atau makhluk yang mampumenguasai makhluk lain.
Secara istilah manusia dapat diartikan sebuah konsep atau sebuah fakta, sebuah
gagasan atau realitas, sebuah kelompok (genus) atau seorang individu.
Secara biologi, manusia diartikan sebagai sebuah spesies primata dari golongan mamalia yang dilengkapi otak berkemampuan tinggi.
Menurut Al-Ghazali
(1954,J.1:53) tujuan hidup manusia yaitu tercapainya kebahagiaan. Sedangkan
tujuan akhirnya ialah tercapainya kebahagiaan akhirat yang puncaknya yaitu
dekat dengan Allah dengan cara bertemu dan melihat Allah yang di
dalamnyaterdapatkenikmatan-kenikmatan yang menyeluruh yang tidak pernah
diketahui oleh manusia ketika di dunia.
Pada hakikatnya Manusia
dalam hidupnya mempunyai tujuan sebagai berikut;
- Tujuan hidup vertical yaitu beribadah kepada Allah SWT, hal ini sesuai dengan firman Allah
SWT dalam surat Adz Dzariyaat ayat 56
- Tujuan hidup horizontal yaitu menjadi
khalifah di muka bumi sesuai dengan surat Al-Baqarah ayat 30.
Al
Qur’an menjelaskan bahwa kehidupan kini bukanlah akan berlalu tanpa akibat
tetapi berlangsung dengan catatan atas semua gerak zahir dan batin
yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya. Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133) Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah.
Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6) Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri. Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan demikian.
yang menentukan nilai setiap indivisu untuk kehidupan konkrit nantinya di alam akhirat, dimana kehidupan terpisah antara yang beriman dan yang kafir untuk selamanya. Dan berlombalah kepada keampunan dari Tuhanmu dan surga yang luasnya sama dengan luas planet-planet dan Bumi ini, dijanjikan untuk para muttaqien. (QS 3/133) Sungguh kami ciptakan manusia itu pada perwujudan yang lebih baik. Kemudian kami tempatkan dia kepada kerendahan yang lebih rendah.
Kecuali orang-orang beriman dan beramal shaleh, maka untuk mereka upah yang terhingga. QS 95/4-6) Dengan keterangan singkat ini, jelaslah bahwa Al Qur’an bukan saja menjelaskan kenapa adanya hidup kini, tetapi juga memberikan arti hidup serta tujuannya yang harus dicapai oleh setiap diri. Keterangan Al Qur’an seperti demikian dapat diterima akal sehat dan memang hanyalah kitab suci itulah yang mungkin memberikan penjelasan demikian.
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari sempurna oleh
karena itu, kritik dan saran untuk
membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini, semoga
makalah ini bermanfaat bagi kita semua.
Agar para generasi
muda bisa menempuh tujuan hidup yang sebenarnya, khususnya di negara Republik Indonesia
ini . Maka dari itu kami mengajak saudara untuk memajukan generasi muda yang
akan datang. Karena maju mundurnya suatu negara terletak di pundak para
generasi muda
Daftar Pusaka
Effendi,irmansyah,
mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, Jakarta: PT Gramedia Pusaka
Utama,2003
[1]
Effendi,irmansyah, mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, Jakarta: PT Gramedia
Pusaka Utama,2003, hal. 7
[2]
Effendi,irmansyah, mencapai tujuan hidup yang sebenarnya, Jakarta: PT Gramedia
Pusaka Utama,2003, hal. 12